Review http://ilmupengetahuanunik.blogspot.com on alexa.com

Bengkayang Regency Highlights 2

Kabupaten Bengkayang adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten terletak di Bengkayang dan Kantor Bupati terletak di Jalan Guna Baru Trans Rangkang, Bengkayang, 79212.
Sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Sambas yang karena adanya Undang-undang Otonomi Daerah dimekarkan menjadi 3 daerah otonom yang terpisah, yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang. Terletak di bagian utara Kalimantan Barat, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Bengkayang memiliki tanah yang subur dengan kontur yang beragam, sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian daerah ini. Apalagi dengan relief yang beragam, dari pegunungan hingga daerah pesisir pantai, menjadikan Bengkayang kaya akan keanekaragaman sumber daya alam. Pembangunan di wilayah ini masih tertinggal, namun dengan adanya semangat otonomi daerah diharapkan dapat memacu pembangunan Bengkayang menjadi lebih maju di segala bidang. Salah satu hasilnya adalah berhasilnya pembangunan gedung Kantor Bupati satu atap, dimana dalam satu gedung tersebut terpusat seluruh badan dan dinas yang ada di lingkungan pemerintahan daerah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik. Selain itu proyek pengadaan air bersih juga telah selesai direvitalisasi.

Sejarah Bengkayang

Kata Bengkayang dalam Bahasa Cina: La La yang berarti jauh, awalnya Bengkayang merupakan sebuah desa bagian wilayah Sambas, desa Bengkayang merupakan tempat singgah pada pedagang dan penambang emas. Bengkayang pada masa penjajahan Belanda merupakan bagian dari wilayah Afdeling Van Singkawang, dimana pada waktu itu pembagian wilayah afdeling administrasi yang daerah hukumnya meliputi:
  • Onder Afdeling Singkawang, Bengkayang, Pemangkat dan Sambas (daerah Kesultanan Sambas)
  • Daerah Kerajaan/Penembahan Mempawah
  • Daerah Kerajaan Pontianak yang sebagian wilayahnya adalah Mandor
Setelah Perang Dunia II berakhir, daerah tersebut dibagi menjadi daerah otonom Kabupaten Sambas yang beribu kota di Singkawang. Kabupaten Sambas ini membawahi 4 (empat) kawedanan, yakni:
  • Kawedanan Singkawang
  • Kawedanan Pemangkat
  • Kawedanan Sambas
  • Kawedanan Bengkayang
Dari wilayah pantai hingga perbatasan, Kabupaten Bengkayang memiliki potensi wisata yang besar, baik wisata alam, budaya, kuliner, maupun kerajinan. Keterbatasan dana merupakan dan masih rendahnya Kelompok Masyarakat Sadar Pariwisata (Pokmadar) masih menjadi hambatan. Sehingga sulit bagi pemda setempat melalui instansi terkait mengelola potensi wisata tersebut secara menyeluruh. “Semua potensi wisata seperti wisata alam, budaya, kuliner maupun kerajinan tetap dikembangkan, namun karena keterbatasan yang ada, pengembangan dilakukan secara bertahap.

Artinya, pengembangan pengembangan tidak bisa dilakukan secara merata. Menurut Ricky, untuk saat ini, pengembangan pariwisata di Bengkayang masih difokuskan pada salah satu potensi yang memiliki daya tarik tinggi dibanding potensi yang lain. Lanjutnya, setelah potensi yang satu tersebut berhasil dikelola, barulah dipilah lagi mana potensi wisata lainnya yang perlu dikembangkan. Sementara itu, berkaitan dengan Kelompok Masyarakat Sadar Wisata (Pokmadar), dari penilaiannya, Ricky menyebutkan walaupun tergolong lambat, namun perlahan-lahan masyarakat didaerah ini sudah mulai memiliki kesadaran wisata. Ini ditandai dengan bertambahnya kelompok masyarakat yang datang ke Dinas Budparpora guna mendaftarkan kelompok mereka. “Kita berharap dengan semakin banyaknya Pokmasdar yang muncul, pengembangan pariwisata Bengkayang dapat berkembang dengan cepat. seperti beberapa contoh berikut ini:

BALUK
Baluk merupakan suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias dan cara membuatnya diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat tertentu untuk melaksanakan aktivitas kehidupan.

Baluk : Rumah Adat Dayak Bidayuh, Kecamatan Siding
Baluk merupakan rumah adat suku dayak Bidayuh yang sangat berbeda bentuknya dari rumah adat suku-suku dayak lainnya khususnya yang berada di Kalimantan Barat dan umumya suku-suku dayak yang berada di Pulau Kalimantan.
Rumah Adat Baluk ini terletak di Kecamatan Siding desa Hli Buei dusun Sebujit, jarak dari Ibukota Bengkayang ± 134 KM, dapat ditempuh dengan menggunakan motor air selama ± 2 jam ( 15 PK ). Rumah Adat ini gunakan oleh masyakat Suku Dayak Bidayuh dalam acara ritual tahunan (nibak’ng) yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Juni, setelah usai musim menuai padi dan untuk menghadapi musim penggarapan ladang tahun berikutnya.

Miniatur Rumah Baluk, Salah Satu Cinderamata Dari Bengkayang
Berbentuk bundar, berdiameter kurang lebih 10 meter dengan ketinggian kurang lebih 12 meter dan disanggah sekitar 20 tiang kayu dan beberapa kayu penopang lainnya serta sebatang tiang digunakan sebagai tangga yang menyerupai titian. Ketinggian ini menggambarkan kedudukan atau tempat Kamang Triyuh yang harus dihormati. Baluk oleh Suku Dayak Bidayuh digunakan sebagai tempat penyimpanan tengkorak yang dikeramatkan dibumbung rumah adat dan melaksanakan ritual Ni’bakng/Nyobeng. Biasanya ritual tersebut dilaksanakan pada tanggal 15-17 Juni.
Nyobeng adalah kegiatan Ritual Suku Dayak Bidayuh di daerah Sebujit desa Hlibeui Kecamatan Siding telah dilakukan secara turun temurun merupakan upacara adat Hliniau yaitu upacara adat permohonan berkat, sejahtera, kedamaian, ketentraman dan lain-lain namun upacara adat budaya ini hanya diperuntukan bagi kaum pria sedangkan bagi kaum wanita adat budaya tersebut dinamakan Nambok. Kedua jenis adat budaya ini merupakan upacara adat baluk dan adat padi.

Kekayaan Khasanah Budaya Suku Dayak di Kalimantan
Dalam melakukan permohonan ini diikuti pula dengan acara memandikan tengkorak yang merupakan barang pusaka peninggalan dari nenek moyang yang harus mereka jaga dan hormati, selain itu secara psikhis tujuan dari memandikan tengkorak tersebut agar masyarakat mendapatkan berkat dan kekuatan karena tengkorak yang dimandikan merupakan hasil mengayau (pemotongan kepala disaat melakukan peperangan) yang terjadi pada zaman nenek moyang, tengkorak tersebut merupakan tengkorak musuh yang berstatus sebagai pimpinan atau panglima perang pada masa itu. Kegiatan ini merupakan gambaran jiwa dimiliki Suku Dayak Bidayuh untuk menghormati atau menghargai titipan leluhur walaupun tengkorak tersebut merupakan tengkorak musuh hasil mengayau (perang mencari kepala manusia) pada zaman dahulu.

WISATA ALAM
Riam(Air Terjun di Bengkayang)
Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Berikut adalah bebera objek wisata air terjun di beberapa daerah di Kabupaten Bengkayang:
 Riam Bangaram memiliki ketinggian ± 10 m.
  













 -  Riam Merasap ketinggian riam ini sekitar 27 meterdan lebar sekitar 200 meter. Konon legendanya ada intan sebesar kepalan tangan yang dijaga oleh seekor labi-labi (kura-kura putih). Masyarakat setempat menyebutnya dengan riam merasap karena kalau pada musim bulan oktober atau pada musim penghujan dan airnya deras, banyak buih-buih dari tetesan riam ini yang seperti asap.














Riam Marum tidak jauh letaknya dari Riam Merasap, Riam Marum ini dikelilingi oleh pepohonan yang tumbuh dengan subur dan besar yang ikut menambah keindahannya.  Disana juga terdapat dua buah gunung yang cukup indah yaitu gunung Temua dan gunung Niut.  Riam Marum ini terletak di bawah kaki gunung Niut. Ketinggian Riam ini sekitar 50 m.













Riam Sangadum memiliki ketinggian sekitar 15 meter.












 -  Riam Berawan ini merupakan air terjun tertinggi di Kabupaten Bengkayang dengan ketinggian mencapai 75 m. Riam Berawan ini mempunyai suatu legenda tersendiri, konon dahulu kala ada seekor ular raksasa yang sedang bertempur dengan seorang panglima perang masyarakat setempat, karena panglima perang tersebut mempunyai kesaktian yang luar biasa akhirnya luar raksasa tersebut mati terpotong-potong. Anehnya, potongan tersebut menjelma menjadi sebuah Riam yang sangat besar dan sangat tinggi. Terdapat lagi kejadian yang sangat unik yaitu adanya penampakan seekor rusa dari tengah riam tersebut yang memancarkan sinar keemas-emasan, sehingga sampai sekarang riam ini dikenal dengan nama riam Berawan atau Riam Emas.


















Riamb Baro memiliki tingkat air terjun 2 buah dengan tingkat pertama berketinggian ± 10 m dan tingakt kedua ± 8 m.  Di riam ini juga terdapat batu yang berbentuk kapal dengan ketinggian ± 16 m.a tingkatan. Letaknya sangat dekat dari air terjun Campuhan.
Riam Erang meiliki dua tingkat terjunan air dengan tingkat pertama berketinggian ± 8 meter dan tingkat kedua dengan ketinggian ± 12 meter.
Riam Jugan memiliki ketinggian air ± 15 meter. 
Riam Mangkamang memiliki ketinggian terjunan air ± 15 meter.
Riam Pain't Batah memiliki ketinggian ± 8 m.
Riam Susok memiliki ketinggian ± 20 meter.

Objek Wisata Pantai Samudra Indah Dikembangkan

Lokasi wisata pantai Samudra Indah yang terletak di Dusun Tanjung Gundul desa Karimunting Kecamatan Sui Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, punya potensi dan daya tarik wisatawan baik lokal mupun manca negara yang harus dikembangkan.

Pantai Samudra Indah ini merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Bengkayang yang bisa digali potensinya untuk peningkatan PAD dari sektor pariwisata bahari, karena sektor ini jika dikembangkan secara benar, bukan tidak mungkin dapat menunjang pendapatan asli daerah yang cukup menjanjikan.
Keindahan dan ke elokan pantainya tidak kalah bagusnya jika dibandingkan dengan pantai Kuta di Bali atau pantai pangandaran di Jawa Barat. Tidak salah jika kabupaten Bengkayang berupaya mengembangkannya agar dikenal luas warga dunia.
Menurut Camat Sui Raya Drs. Juriat, kepada Radar Online disela-sela kegiatan acara sosilaisasi pengembangan pariwisata Samudra Indah yang berlangsung di aula kecamatan Senin (17/1/2011) mengatakan, diharapkan ada banyak investor yang mau mengembangkan pantai Samudra Indah di Kecamatan Sui Raya ini. Banyak manfat yang kita dapat.
“Selain itu kesempatan bidang pekerjaan cukup terbuka lebar di samping dapat mendongkrak perolehan PAD dari sektor wisata. Hal ini perlu kita dukung,” ujarnya.
Acara sosialisasi yang bertempat di aula kantor Camat Sui Raya Kepulauan, tampak hadir Syarif, anggota DPRD Kabupaten Bengkayang dari Partai Demokrat, Syafarudin Kades Kerimunting, Tarmiji, S.pd selaku pengelola Pantai Samudra serta para tokoh masyarakat setempat.
Sementara Tarmiji, S.pd selaku pengelola pantai Samudra Indah mengatakan berterima kasih kepada masyarakat setempat atas dukungannya, yang ikut serta dalam pengembangan pantai Samudra Indah yang merupakan objek wisata yang dimiliki Kabupaten Bengkayang,” ujarnya
Sedangkan Anggota DPRD Bengkayang, Syarif, mengatakan dengan adanya pengembangan wisata pantai Samudra Indah ini, diharapkan akan semakin dikenal baik lokal maupun secara nasional. Disamping sektor ini dapat mendokrak pendapatan asli daerah,” jelas Syarif. (Kurnadi/Udin Subari)

Gunung
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Encyclopædia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai gunung. Berikut adalah bebera objek gunung di beberapa daerah di Kabupaten Bengkayang:

 Gunung Bawang, salah satu ikon geografis dari Kalimantan Barat, terletak di Kabupaten Bengkayang dengan ketinggian Altitude 1460 m dari permukaan laut.Dengan status hutan yang dilindungi secara hukum dan adat, membuat hutan di gunung Bawang terjaga kelestariannya.Berbagai jenis kayu yang ada di Kalimantan Barat, ada tertanam disini, termasuk salah satu jenis kayu yang paling mahal dan langka, seperti kayu besi ( Kayu Belian ), masih ada disini.

Bukan hanya itu, untuk satwa-satwa yang dilindungi oleh pemerintah, seperti Beruang madu, Rusa, Orang Utan, Burung Enggang Gading, dan lain -lain masih terdapat disini.Kehidupan mereka tidak terusik disini.
Sangat jarang manusia yang mau naik ke gunung ini, mengingat betapa terjal dan beratnya medan yang ditempuh, sehingga bisa membuat semangat kita menjadi lemah.
Karena keadaan itulah, banyak organisasi pecinta alam yang menjadikan gunung bawang sebagai target
kegiatan mereka.
Ekspedisiku sudah lama bermulai digunung ini, seingatku pertama kali dilakukan pada tahun 2003 lalu, cuma tidak sampai naik ke puncaknya, selain tidak memiliki perlengkapan dan gadget yang memadai, juga tidak memiliki biaya, maklum saja, medan yang mau ditempuh sangat berat dan extrim, sudah pasti tentunya akan memakan biaya yang tidak sedikit.
Setelah sekian lama mengidamkan untuk naik kepuncaknya, akhirnya niatku tersebut tersampaikan juga, yaitu awal 2008 lalu dengan perlengkapan seadanya.
Lamanya perjalanan kami tempuh satu hari penuh, mulai berangkat pada pukul 08.15WIB dan tiba dipuncak pada pukul 17.05WIB.
Dengan persiapan yang tidak cukup, terus perlengkapan yang hanya sekedarnya, seperti kompor gas utk masak plus tabung gas mini 2 kaleng, Solar Panel 25 Watt, Lampu Lantern Led Light merk CMOS 2 buah, perlengkapan masak sekadarnya terus bahan-bahan konsumsi seperlunya, kami masih kekurangan perlengkapan yang sangat penting, yaitu perlengkapan tidur semacam kain, selimut atau yang lebih baik lagi sleeping bed.
Ironis memang, karena selama ini aku mengikuti kegiatan tidak pernah merasa kedinginan, apalagi sampai menggigil.
Begitu selesai mendirikan tenda, masak terus istirahat, apa yang terjadi diluar dugaanku, tenda kami diselimuti oleh awan tebal, yang secara langsung berakibat berubahnya cuaca dari yang semula dingin menjadi sangat dingin sekali, tanpa kain dan diperparah lagi pakaian yang basah, kami betul-betul tidak berdaya karena kedinginan, saking dinginnya, mau bicara saja tidak bisa karena gig kami telah terkunci rapat oleh dinginnya cuaca,diperkirakan suhunya berada dibawah 10 derajat celcius.

Gunung Niut, gunung dengan ketinggian sekitar 1700mdpl Gunung Niut adalah salah satu titik tertinggi di Kalimantan Barat. Sulit mencari tempat sejuk di Kalimantan Barat karena letaknya persis di garis khatulistiwa.
Pegunungan Niut dikenal angker karena mungkin disini terakhir terjadi kegiatan kayau-mengayau (berburu kepala manusia). Menurut Hendry Armstrong, seorang Amerika, setelah Indonesia merdeka masih terjadi kegiatan pengayauan sekalipun sudah ada kesepakatan Tumbang Anoi tahun 1894 untuk mengakhiri kegiatan berburu kepala manusia diantara sesama Dayak.
Saya menuju Gunung Niut melalui Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, dengan menggunakan perahu. Saat ini sudah ada jalan darat untuk menuju desa-desa di pegunungan Niut yaitu melalui Sebalo (Bengkayang) atau Darit-Meranti Meranti ( Kab. Landak).
Dengan perahu yang menggunakan motor tempel 15 PK kami berangkat jam 10.00. Perahu hampir semuanya dipenuhi oleh para pelajar yang libur dan menuju kampung halaman masing-masing. Sepanjang jalan saya selalu bergurau dan bercanda dengan penumpang yang lain. Perjalanan memakan waktu 6 jam dan sempat diselingi hujan deras di tengah perjalanan. Akhirnya kami tiba diujung sungai Ledo, tepatnya di kampung Kendaik. Dari Kendaik kami menuju Suti Semarang. Saat itu baru turun hujan sehingga jalanan licin, saya beberapa kali terjatuh. Karena hari sudah mulai gelap, kami menginap di desa Suti Semarang.  Sementara beberapa orang siswa yang tadi satu perahu tetap melanjutkan perjalanan mereka. Saya sempat mengajak mereka untuk menginap di salah satu rumah tokoh masyarakat Suti Semarang, tetapi mereka menolak. Saya pikir luar biasa keberanian (karena kebanyakan cewek) dan stamina mereka (terlihat dari langkahnya yang cepat padahal saya sudah lelah).
Sepanjang sungai Ledo kami masih menyaksikan pemandangan yang cukup asri dan masih terdapat satu buah jembatan dari jalinan akar kayu (kalo tidak salah di kampung Bentarat). Masih terdapat juga penduduk yang membawa kayu hasil tebangan mereka dengan disatukan dan dijadikan rakit. Tetapi tidak saya lihat ada perusahaan HPH atau sejenisnya di sepanjang tempat itu.
Setelah menginap di Suti Semarang, keesokan harinya kami menuju Bentiang. Dari Suti jalan menanjak selalu walau tidak curam. Penduduk lokal sangat luar biasa, dengan memikul barang dengan takin (sejenis bakul khas Dayak) yang hendak di jual di Suti Semarang atau Kendaik, tapi jalannya sangat cepat. Mungkin bisa disamakan dengan atlet jalan cepat. Hebat!

 

0 komentar:

Posting Komentar